Rabu, 04 Januari 2012

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL REMAJA LENGKAP DENGAN POWER POINT

POWER POINT
PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL REMAJA


Makalah Ini Di Sususun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan Serta Sebagai Syarat Mengikuti Ujian Akhir Semester
Pada Jurusan Tarbiyah



 













Oleh:
KELOMPOK V
SEMESTER 5 A SORE

1.      AHMAD GUFRONI
2.      ARIFIN
3.      BUDI ASIH
4.      FAUZAN
5.      SURYANTO
6.      WULAN CAHYANI
7.      DIDIT ENDRAS SISKA
8.      IMAM SYAFI’I
9.      LADI
10.  MAYA IBNI ALWA N.
11.  M. KHOZINALUL A.
12. MUDAKIR

Dosen Pengampu:
Drs. H. ESKON SUNGKONO, M.Pd


JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA MADIUN
UII MADIUN 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL  ………………………………………………… ..………    i 
DAFTAR ISI …………………………………………………………….. ……….   ii
BAB I      : PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah …………………………………. ………   3
B.     Rumusan  Masalah ……………………………………………….    3
BAB II    : PEMBAHASAN                                                                                      
A.    PSIKOLOGI PERKEMBANGAN REMAJA .……………………. 4
B.     PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL REMA……..………………. 7
1.      Perkembangan Psikososial Remaja Awal…………… …….….   7
2.      Perkembangan Psikososial Remaja Pertengahan.…… ……..….  8
3.      Perkembangan Psikososial Remaja Akhir..….……………  ….   9
C.     KASUS PSIKOSOSIAL RAMAJA................... …………………. 11
D.    PENGEMBANGAN PSIKOSOSIAL REMAJA ………. ……….     12
BAB IV   : PENUTUP                                                                                                
A.    KESIMPULAN  …………………………………… ………….…. 15
B.     SARAN   …………………………….....................…… ……..…. 15


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.
Remaja merupakan salah satu periode kehidupan yang dimulai dengan perubahan biologis pada masa pubertas dan diakhiri dengan masuknya seseorang ke dalam tahap kedewasaan. Dua ratus tahun yang lalu, periode ini tidak dikenali.
Untuk waktu yang lama, remaja dimaknai sebagai masa transisi, tidak lebih dari masa selintas menuju kedewasaan, masa yang ditandai dengan instabilitas dan keresahan. Meskipun remaja bermasalah tidak bisa dianggap mewakili kelompok usia remaja secara keseluruhan, pada saat yang bersamaan remaja dipandang sebagai periode emosi yang tidak stabil dan terganggu, serta masa pemberontakan.
Saat ini, dengan pengetahuan ilmiah pada proses pengalaman remaja, masa remaja secara luas dipandang sebagai periode pertumbuhan yang bersemangat, dan kemajuan personal yang pesat. Pertumbuhan bukan secara murni terdiri dari aspek biologis dan pubertas, tetapi juga perubahan mental dan sosial yang membantu membentuk kepribadian masa dewasa.
Jiwa "pemberontakan" yang dilabelkan pada remaja harus dipandang sebagai perspektif orang dewasa, dan bukan sepenuhnyua karakteristik dari kelompok usia ini. Sesungguhnya, yang disebut "pemberontakan" tersebut tidak lebih dari upaya remaja untuk mencari penegasan diri untuk menemukan bahwa dirinya berbeda, dan merupakan proses yang penting dalam tahap-tahap pembentukan kepribadian.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut:
  1. Apa definisi dari Psikologi Perkembangan Remaja dan bagian-bagiannya?
  2. Tahapan-tahapan psikososial remaja dan pengaruhnya terhadap diri remaja serta  orang tua remaja?
  3. Apa saja yang termasuk kasus psikososial ramaja dan pengembangan aspek psikososial remaja?


BAB II
PEMBAHASAN
A.     PSIKOLOGI PERKEMBANGAN REMAJA
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula orang dewasa. Pada periode ini pula remaja berubah secara kognitif dan mulai mampu berfikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa (Clarke-Sweart & Friedman, 1987; Ingersoll, 1989)
Selain perubahan yang terjadi dalam diri remaja, terdapat pula perubahan dalam lingkungan seperti sikap orang tua atau anggota keluarga lain, guru, teman sebaya, maupun masyarakat pada umumnya. Kondisi ini merupakan reaksi terhadap pertumbuhan remaja. Remaja dituntut untuk mampu menampilkan tingkah laku yang dianggap pantas atau sesuai bagi orang-orang seusianya. Adanya perubahan baik di dalam maupun di luar dirinya itu membuat kebutuhan remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan kebutuhan remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan kebutuhan psikologisnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut memperluas lingkungan sosial diluar lingkungan keluarga, seperti lingkungan teman sebaya dan lingkungan masyarakat lainnya.
Secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:(Konopka, 1973 dalam Pikunas, 1976; Ingersoll 1989):
  1. Masa remaja awal (12-15 tahun)
Pada masa ini individu memulai meninggalkan peran sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orang tua.
  1. Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)
Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berfikir yang baru.
  1. Masa remaja akhir (19-22 tahun)
Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa.
Masa remaja dikenal sebagai salah satu periode dalam renteang kehidupan manusia yang memiliki beberapa keunikan tersendiri. Keunikan tersebut bersumber dari kedudukan masa remaja sebagai periode transisional antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Kita semua mengetahui bahwa antara anak-anak dan orang dewasa ada beberapa perbedaan yang selain bersifat bilogis atau fisiologis juga bersifat psikologis. Pada masa remaja perubahan-perubahan besar terjadi dalam kedua aspek tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa ciri umum yang menonjol pada masa remaja adalah berlangsungnya perubahan itu sendiri, yang dalam interaksinya dengan lingkungan sosial membawa berbagai dampak pada prilaku remaja. Secara ringkas, proses perubahan tersebut dan interaksi antara beberapa aspek yang berubah selama masa remaja bisa diuraikan sebagai berikut. (Lerner & Hultsch, 1983; 318-320).
  1. Perubaha Fisik
Rangkaian perubahan yang paling jelas yang nampak dialami oleh remaja adalah perubahan biologis dan fisiologis yang berlangsung pada masa pubertas atau pada awal masa remaja, yaitu sekitar umur 11-15 tahun pada wanita dan 12-16 tahun pada pria (hurlock, 1973: 20-21).
  1. Perubahan Emosionalitas
akibat langsung dari perubahan fisik dan hormonal adalah perubahan dalam aspek emosionalitas pada remaja sebagai akibat dari perubahan fisik dan hormonal tadi dan juga pengaruh lingkungan yang terkait dengan perubahan badaniah tersebt.
  1. Perubahan Kognitif
Semua perubahan fisik yang membawa implikasi perubahan emosional tersebut makin dirumitkan oleh fakta bahwa individu juga sedang mengalami perubahan kognitif. Perubahan dalam kemampuan berfikir ini diungkapkan oleh Piaget (1972) sebagai tahap terakhir yang disebut sebagai tahap formal operation dalam perkembangan kognitifnya.
Menurut John Hill (1983), terdapat tiga komponen dasar dalam membahas periode remaja yaitu: perubahan pundamental remaja meliputi perubahan biologis kognitif dan sosial. Ketiga perubahan ini bersifat unipersal.
·           Transisi Biologis
Menyangkut Tampilan Fisik (Ciri-Ciri Secara Primer Dan Sekunder)
·           Transisi Kognitif
Perubahan dalam kemampuan berfikir, remaja telah memiliki kemampuan yang lebih baik dari anak dalam berfikir mengenai situasi secara hipotesis, memikirkan sesuatu yang belum terjadi tetapi akan terjadi.
·           Transisi Sosial
Perubahan dalam status sosial membuat remaja mendapatkan peran-peran baru dan terikat pada kegiatan-kegiatan baru.



B.       PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL REMAJA
1.      Perkembangan Psikososial Remaja Awal ( 10 – 14 Tahun )
a.    Tahap Perkembangan
-       Cemas terhadap pemampilan Badan /fisik
-       Perubahan Hormonal
-       Menyatakan kebebasan dan merasa sebagai seorang individu, tidak hanya sebagai seorang anggota keluarga
-       Perilaku memberontak dan melawan,
-       Kawan menjadi lebih penting
-       Perasaan memiliki terhadap teman sebaya Anak Laki-laki : membentuk gang, kelompok, anak perempuan : mempunyai sahabat.
-       Sangat menuntut keadilan, tapi cenderung melihat sesuatu sebagai hitam putih serta dari sisi pandang mereka sendiri
b.    Dampak Terhadap Anak
-       Kesadaran diri meningkat (self consciousness)
-       Pemarah, anak laki0laki yang tadinya baik dapat menjadi lebih agresif,mungkin pula timbul jerawat baik pada anak laki-laki maupun. Perempuan .Bereksprerimen dengan cara berpakaian, berbicara dan cara penampilan dirim sebagai suatu usaha untuk mendapatkan identitas baru
-       Kasar
-       Menuntut memperoleh kebebasan
-       Ingin tampak sama dengan teman yaitu dalam cara berpakaian, gaya rambut, mendengarkan musik dan lain-lain
-       Pengaruh teman dan orang–tua teman menjadi sangat besar.
-       Remaja tidak mau berbeda dari teman sebaya
-       Mungkin tampak tidak toleransi dan sulit berkompromi, Mungkin pula timbul iri hati terhadap saudara kandung dan seringkali ribut dengan mereka.
c.    Efek Terhadap Orang-Tua
-       Orang-tua mungkin menganggap anak “ ter fokus pada dirinya “.
-       Orang tua mungkin menenmukan kesulitan dalam hubungan dengan remaja
-       Orang tua merasa ditolak dan sulit menerima keinginan anak yang berbeda dari mereka
-       Orang-tua perlu menangani anak secara hati-hati, bila ingin mempertahankan hubung baik.
-       Orang–tua merasa tidak mudah membuat keseimbangan antara “permisif “ dan” over protective “
-       Orang tua mungkin terganggu oleh tuntutan finansial dan gaya hidup anak
-       Orang–tua merasa kurang enak karena dikritik oleh anaknya sendiri. Kadang-kadang terjadi bentrok dengan peraturan keluarga.
-       Orang tua harus meninjau sikapnya untuk mengatasi perasaan “ tidak adil “

2.      Perkemabangan Psikososial Remaja Pertengahan ( 15 – 16 Tahun )
a.    Tahap Perkembangan
-       Lebih mampu untuk berkompromi
-       Belajar berpikir secara independen dan membuat keputusan sendiri
-       Terus menerus bereksperimen untuk mendapatkan cira diri yang dirasakan nyaman bagi mareka
-       Merasa perlu mengumpulkan pengalaman baru, mengujinya walaupun berisiko
-       Tidak lagi terfokus pada diri sendiri
-       Membangun nilai/norma dan mengembangkan moralitas
-       Mulai membutuhkan lebih banyak teman dan rasa setia kawan
-       Mulai membina hubungan dengan lawan jenis
-       Intelektual lebih berkembang dan igni tahu tentang  banyak hal. Mampu berpikir  secara abstrak, mulai berurusan dengan hipotesa
-       Berkembangnya ketrampilan intelektual khusus misalnya, kemampuan matematika, bahasa dan ilmu pengetahuan lainnya
-       Mengembangkan minat yang besar dalam bidang  seni dan olah raga seperti musik, seni lukis, tari, basket dan lain-lain
-       Senang bertualangan, ingin berpegian secara mandiri mengikuti kegiatan seperti memanjat tebing, naik gunung dan lain-lain
b.    Dampak Terhadap Anak
-       Lebih tenang, sabar dan lebih toleransi.
-       Dapat menerima pendapat orang lain, meskipun berbeda dengan pendapatnya  sendiri
-       Menolak campur tangan orang tua untuk mengendalikannya kurang dapat  dipengaruhi dan teman tidak lagi berpengaruh besar
-       Baju , gaya rambut,Sikap dan pendapat  mereka sering berubah-ubah
-       Mulai bereksperiman dengan rokok ,  alkohol dan kadang-kadang Napza.
-       Lebih bersosialisasi dan tidak lagi pemalu
-       Mempertanyakan ide dan nilai/ norma  yang diterima dari keluarga
-       Ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan teman dari pada dengan keluarga
-       Mulai berpacaran ,tapi hubungan belum serius.
-       Mulai mempertanyakan sesuatu yang  sebelumnya tak berkesan . Ingin  mengikuti diskusi atau debat
-       Mungkin tidak mendapat kesempatan untuk mengembangkan ketrampilan ini
-       Mungkin mengabaikan pekerjaan sekolah karena adanya minat yang baru  ini
-       Remaja merasa dirinya mampu sehingga mereka tidak mengikuti upaya penyelamatan diri yang dianjurkan
c.    Efek Terhadap Orang Tua
-       Orang –tua secara bertahap merasakan  semakin mudah berhubungan dengan anaknya
-       Orang-tua harus untuk memberikan kepercayaan kepada anak dan tidak terlalu mengendalikannya
-       Oang-tua mungkin menanggapi sikap remaja secara serius dan kuatir akan jadi menetap
-       Cemas terhadap risiko ini sehingga orang-tua cenderung membatasi dan menetapkan aturan.
-       Orang-tua melihat bahwa remaja siap untuk membina hubungan dekat.
-       Dapat menjadi masalah bila remaja menolak sikap yang mempunyai nilai tinggi bagi orang-tua
-       Orang-tua cemas akan pengaruh teman
-       Orang-tua cemas dan mungkin pula terlalu ikut campur.
-       Orang tua mempunyai kesempatan untuk lebih mengetahui anaknya
-       Orang tua perlu menunggu sampai tahap remaja pertengahan sebelum menyimpulkan tentang keampuan intelektual anak
-       Orang tua perlu mengenali bahwa anaknya memiliki kemampuan yang mungkin lebih dari dugaannya

3.      Perkembangan Psikososial Remaja Akhir ( 17 – 19 Tahun )
a.    Tahap Perkembangan
-       Ideal
-       Terlibat dalam kehidupan, pekerjaan dan hubungan diluar keluarga
-       Harus belajar untuk mencapai kemandirian baik dalam bidang finansial maupun emosional
-       Lebih mampu membuat hubungan yang stabil dengan lawan jenis
-       Merasa sebagai orang dewasa  yang setara dengan anggota keluarga lainnya
-       Hampir siap untuk menjadi orang  dewasa yang mandiri
b.    Dampak Terhadap Anak
-       Cenderung menggeluti masalah sosial/politik. Dapat pula menggeluti  nilai-nilai keagamaan dan bahkan pindah agama
-       Mulai belajar mengatasi stres yang dihadapinya, mungkin lebih senang pergi dengan teman daripada berlibur dengan keluarganya
-       Kecemasan dan ketidak pastian masa depan dapat merusak harga diri dan keyakinan diri
-       Mempunyai pasangan yang lebih serius dan banyak menghabiskan waktunya dengan mereka
-       Cenderung merasa pengalamannya berbeda dengan orang-tuanya
-       Mungkin ingin meninggalkan rumah dan hidup sendiri
d.   Efek Terhadap Orang-Tua
-       Orang tua menjadi tegang dan distres karena penolakan anak terhadap agama dan kepercayaannya sendiri
-       Keinginan orang-tua untuk melindungi anaknya dapat menimbulkan bentrokan
-       Orang-tua mungkin masih memberikan dukungan financial terhadap remaja yang secara emosional tidak lagi tergantung kepada mereka, Hal ini dapat membuat hubungan menjadi tidak mudah
-       Orang-tua cenderung cemas terhadap hubungan yang terlalu serius dan terlalu dini. mereka takut sekolah atau  pekerjaan akan terabaikan
-       Orang-tua mungkin berkecil hati menghadapi keadaan ini. Orang-tua perlu menyesuaikan bila akhirnya anak meninggalkan rumah.



C.      KASUS PSIKOSOSIAL REMAJA
Terdapat 5 kasus dari psikososial yaitu:
1.    Identity (Mengemukakan Dan Mengerti Dari Sebagai Individu)
Pada masa remaja terjadi perubahan yang sangat penting pada identitas diri (Harter, 1990). Pada masa remaja sangsi akan identitas dirinya dan tidak hanya sangsi akan personal sense dirinya tapi juga untuk pengakuan dari orang lain dan dari lingkungan bahwa dirinya merupakan indiviodu yang unik dan khusus.

2.    Autonomy (Menetapkan Rasa Yang Nyaman Dalam Ketidaktergantungan)
Remaja berusaha membentuk dirinya menjadi tidak tergantung tetapi berusaha untuk menemukan dirinya dengan kaca mata dirinya sendiri dan orang lain. Hal ini merupakan suatu proses yang sulit, tidak hanya bagi remaja tetapi juga bagi orang lain di sekitarnya.
Terdapat tiga perkembangan penting dari autonomy, yaitu:
- Mengurangi ikatan emosional dengan orang tua.
- Mampu untuk mengambil keputusan secara mandiri.
- Membentuk “tanda personalnya” dari nilai dan moral

3.    Intimacy (Membentuk Relasi Yang Tertutup Dan Dekat Dengan Orang Lain)
Selama masa remaja perubahan penting lainnya adalah kemampuan individu untuk menjalin kedekatan dengan orang lain, khususnya dengan sebaya. Pertemuan muncul pertama kali pada masa remaja melibatkan keterbukaan, kejujuran, loyaliyas dan saling percaya, juda berbagi kegiatan dan minat  “dating”, menjadi penting dan sebagai konsekuensinya kemampuan untuk menjalin hubungan melalui kepercayaan dan cinta.

4.    Sexuality (Mengekspresikan Perasaan-Perasaan Dan Merasa Senang Jika Ada Kontak Fisik Dengan Orang Lain)
Kegiatan seksual secara umum dimulai pada masa remaja, kebutuhan untuk memecahkan masalah nilai-nilai sosial dan moral terjadi pada masa ini (Kart Chadorin, 1990).

5.    Achivement (Mendapatkan Keberhasilan Dan Memiliki Kemampuan Sebagai Anggota Masyarakat)
Pengembalian keputusan yang penting terjadi pada masa remaja dan membawa konsueksi yang panjang tentang sekolah dan karir Umumnya pengembalian keputusan bergantung pada evaluasi diri remaja mengenai kecakapan dan kemampuan dari aspirasi dan harapannya dimasa mendatang, dan dari masukan-masukan yang diterima oleh remaja dari tugas guru dan teman.

Dalam pengembangan aspek psikososial remaja, maka delapan aspek yang menuntut ketrampilan sosial remaja harus dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kondisi yang kondusif. Di bawah ini adalah beberapa saran yang mungkin berguna bagi pengembangan aspek psikososial remaja:

1.
Keluarga


Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak dalam mendapatkan pendidikan. Kepuasan psikis yang diperoleh anak dalam keluarga akan sangat menentukan bagaimana ia akan bereaksi terhadap lingkungan. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak harmonis atau broken home dimana anak tidak mendapatkan kepuasan psikis yang cukup maka anak akan sulit mengembangkan ketrampilan sosialnya. Hal ini dapat terlihat dari:


-          Kurang adanya saling pengertian (low mutual understanding)
-          Kurang mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan orangtua dan saudara
-          Kurang mampu berkomunikasi secara sehat
-          Kurang mampu mandiri
-          Kurang mampu memberi dan menerima sesama saudara
-          Kurang mampu bekerjasama
-          Kurang mampu mengadakan hubungan yang baik


Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas maka amatlah penting bagi orangtua untuk menjaga agar keluarga tetap harmonis. Kehramonisan dalam hal ini tidaklah selalu identik dengan adanya orangtua utuh (Ayah dan Ibu), sebab dalam banyak kasus orangtua single terbukti dapat berfungsi efektif dalam membantu perkembangan psikososial anak. Hal yang paling penting diperhatikan oleh orangtua adalah menciptakan suasana yang demokratis di dalam keluarga sehingga remaja dapat menjalin komunikasi yang baik dengan orangtua maupun saudara-saudaranya. Dengan adanya komunikasi timbal balik antara anak dan orang tua maka segala konflik yang timbul akan mudah diatasi. Sebaliknya komunikasi yang kaku, dingin, terbatas, menekan, penuh otoritas, dsb. hanya akan memunculkan berbagai konflik yang berkepanjangan sehingga suasana menjadi tegang, panas, emosional, sehingga dapat menyebabkan hubungan sosial antara satu sama lain menjadi rusak.

2.
Lingkungan


Sejak dini anak-anak harus sudah diperkenalkan dengan lingkungan. Lingkungan dalam batasan ini meliputi lingkungan fisik (rumah, pekarangan) dan lingkungan sosial (tetangga), lingkungan juga meliputi lingkungan keluarga(keluarga primer & sekunder), lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat luas. Dengan pengenalan lingkungan maka sejak dini anak sudah mengetahui bahwa dia memiliki lingkungan sosial yang luas, tidak hanya terdiri dari orangtua, saudara, atau kakek dan nenek saja.

3.
Kepribadian


Secara umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang tampil tidak selalu mengambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya). Dalam hal ini amatlah penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang memiliki penampilan tidak menarik cenderung dikucilkan. Disinilah pentingnya orangtua memberikan penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi atau penampilan.

4.
Rekreasi


Rekreasi merupakan kebutuhan sekunder yang sebaiknya dapat terpenuhi. Dengan rekreasi seseorang akan merasa mendapatkesegaran baik fisik maupun psikis, sehingga terlepas dari rasa capai, bosan, monoton serta mendapatkan semangat baru.

5.
Pergaulan dengan Lawan Jenis


Untuk dapat menjalankan peran menurut jenis kelamin, maka anak dan remaja seyogyanya tidak dibatasi pergaulannya hanya dengan teman-teman yang memiliki jenis kelamin yang sama. Pergaulan dengan lawan jenis akan memudahkan anak dalam mengidentifikasi sex role behavior yang menjadi sangat penting dalam persiapan berkeluarga maupun berkeluarga.

6.
Pendidikan


Pada dasarkan sekolah mengajarkan berbagai ketrampilan kepada anak. Salahsatu ketrampilan tersebut adalah ketrampilan-ketrampilan sosial yang dikaitkan dengan cara-cara belajar yang efisien dan berbagai teknik belajar sesuai dengan jenis pelajarannya. Dalam hal ini peran orangtua adalah menjaga agar ketrampilan-ketrampilan tersebut tetap dimiliki oleh anak atau remaja dan dikembangkan terus-menerus sesuai tahap perkembangannya.

7.
Persahabatan dan Solidaritas Kelompok


Pada masa remaja peran kelompok dan teman-teman amatlah besar. Seringkali remaja bahkan lebih mementingkan urusan kelompok dibandingkan urusan dengan keluarganya. Hal tersebut merupakan suatu yang normal sejauh kegiatan yang dilakukan remaja dan kelompoknya bertujuan positif dan tidak merugikan orang lain. Dalam hal ini orangtua perlu memberikan dukungan sekaligus pengawasan agar remaja dapat memiliki pergaulan yang luas dan bermanfaat bagi perkembangan psikososialnya.

8.
Lapangan Kerja


Cepat atau lambat, setiap orang pasti akan menghadapi dunia kerja. Keterampilan sosial untuk memilih lapangan kerja sebenarnya telah disiapkan sejak anak masuk sekolah dasar. Melalui berbagai pelajaran disekolah mereka telah mengenal berbagai lapangan pekerjaan yang ada dalam masyarakat. Setelah masuk SMU mereka mendapat bimbingan karier untuk mengarahkan karier masa depan. Dengan memahami lapangan kerja dan ketrampilan-ketrampilan sosial yang dibutuhkan maka remaja yang terpaksa tidak dapat melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi akan dapat menyiapkan untuk bekerja.

9.
Meningkatkan Kemampuan Penyesuaian Diri.


Untuk membantu tumbuhnya kemampuan penyesuaian diri, maka sejak awal anak diajarkan untuk lebih memahami dirinya sendiri (kelebihan dan kekurangannya) agar ia mampu mengendalikan dirinya sehingga dapat bereaksi secara wajar dan normatif. Agar anak dan remaja mudah menyesuaikanan diri dengan kelompok, maka tugas orang tua/pendidik adalah membekali diri anak dengan membiasakannya untuk menerima dirinya, menerima orang lain, tahu dan mau mengakui kesalahannya, dsb. Dengan cara ini, remaja tidak akan terkejut menerima kritik atau umpan balik dari orang lain/kelompok, mudah membaur dalam kelompok dan memiliki solidaritas yang tinggi sehingga mudah diterima oleh orang lain/kelompok.
Selain itu anak harus diajarkan sejak dini untuk dapat memilih prioritas tugas-tugas yang harus segera diatasi, bukan menunda atau mengalihkan perhatian pada tugas yang lain. Karena itu sejak awal sebaiknya orang tua atau pendidik telah memberikan bekal agar anak dapat memilih mana yang penting dan mana yang kurang penting melalui pendidikan disiplin, tata tertib dan etika.



BAB IV
P E N U T U P
A.    KESIMPULAN
-          Anak remaja anda mungkin berbeda sedikit dari remaja lainnya. Setiap generasi memiliki kadar motif, gaya hidup, harapan dan mimpi yang berbeda. Tapi lingkungan sekolah dan pergaulan remaja sekarang sangatlah berbeda dari apa yang remaja dulu alami.
-          Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula orang dewasa. Pada periode ini pula remaja berubah secara kognitif dan mulai mampu berfikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa.

B.     SARAN
-          Anda harus memberi kebaikan pada anak Anda seperti kebaikan yang Anda berikan pada orang lain. Anak-anak akan memperlakukan orang lain sebagaimana orangtuanya memperlakukannya. Hubungan Anda dengan anak Anda merupakan pondasi bagi hubungannya dengan orang lain.
-          Orang tua sebagai panutan sekaligus guru yang menjadi contoh bagi anak dalam belajar untuk hidup melalui berbagai proses yang semuanya tak lepas dari tanggung jawab mereka. Anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik bila orang tua juga mampu untuk mengontrol dan mengatasi persoalan mereka sendiri tanpa harus mensosialisasikan perbedaan pendapat yang mengarah ke konflik keluarga kepada anak.

C.    PENUTUP
Demikian makalah ini kami buat, kami yakin masih ada banyk kekurangan dalam makalah ini, untuk lebih menambah pengetahuan kami, kami mohon kritik dan sarannya. Terimakasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar