Rabu, 04 Januari 2012

SIKAP DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP REMAJA

SIKAP DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP REMAJA





Makalah Ini Di Sususun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psykologi Perkembangan Serta Sebagai Syarat Mengikuti Ujian Akhir Semester

Pada Jurusan Tarbiyah






 













Oleh:





KELOMPOK IV



1.      MUDAKIR
2.      MASRUROH
3.      LISROHYANI
4.      SITI WINARSIH
5.      SITI MAISAROH

6.      PRAMADA AFIF FAUZAN
7.      SRI DEWI WAHYUNI
8.      ANIS MUFLIKHAH
9.      YULIANA MIJI LESTARI
10.   


Dosen Pengampu:

ESKON SUNGKONO







JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA MADIUN

UII MADIUN 2011


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL  ………………………………………………… ..………    i 

DAFTAR ISI …………………………………………………………….. ……….   ii

BAB I      : PENDAHULUAN ………………………………………….. ……….    

A.    Latar Belakang Masalah …………………………………. ………   3

B.     Rumusan  Masalah ……………………………………………….    3

BAB II    : REMAJA DAN PERMASALAHANNYA.                                             

A.    DEFINISI MASA RAMAJA …………….... .……………………. 4

B.     MASALAH-MASALAH RAMAJA ……………..………………. 5

BAB III   : KELURAGA DAN USAI REMAJA                                                       

A.    PERANAN KELUARGA ………………………… ………….….  6

B.     KONFLIK REMAJA DAN ORANG TUA .……...…… ……..….  7

C.     KELUARGA TIDAK SEHAT ………………….…………….….      8

D.    BROKEN HOME …………......................... …………………….   9

E.     SIKAP DAN PERILAKU ORANG TUA YANG BAIK ……….     9

F.      MENGATASI KENKALAN REMAJA …... ……………………. 11

BAB IV   : PENUTUP                                                                                                 

A.    KESIMPULAN  …………………………………… ………….…. 13

B.     SARAN   …………………………….....................…… ……..…. 13


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Anak adalah anugerah dari sang pencipta, orang tua yang melahirkan anak harus bertangung jawab terutama dalam soal mendidiknya, baik ayah sebagai kepala keluarga maupun ibu sebagai pengurus rumah tangga. Keikutsertaan orang tua dalam mendidik anak merupakan awal keberhasilan orang tua dalam keluarganya apabila sang anak menuruti perintah orang tuanya terlebih lagi sang anak menjalani didikan sesuai dengan perintah agama.

Bobroknya moral seorang anak dan remaja bisa diakibatkan salah satu kesalahan dari orangtuanya seperti dalam hal mendidik anak terlalu keras. keluarga yang sedang bermasalah (broken home). Hal tersebut dapat membuat anak menjadi orang yang temperamental. Kebanyakan dari orang tua tidak memikirkan hal ini, mereka berasumsi jika mereka menjalani hidup sebagaimana yang sedang mereka jalani, peran pengasuhan akan terus dengan sendirinya.

Dalam era modernisasi sekarang ini, peran penting orang tua sangat dibutuhkan. Berkenaan dengan perkembangan kecanggihan teknologi. Sesuatu yang tidak dapat dihindari bahwa teknologi berkembang dengan pesat sehingga penggunaannya banyak digunakan tidak semestinya, Teknologi IT yang paling sering digunakan para anak muda sekarang adalah akses internet yang mudah ditemui, padahal pemerintah sudah mengeluarkan undang-undang anti pornoaksi dan pornografi tapi masih saja mereka kerap mengakses konten yang berbau negatif. Yang jelas dapat merusak moral sang anak. Teknologi canggih yang semestinya diciptakan untuk menambah wawasan malah berakibat pada moral yang jelek.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut:

  1. Apa definisi dari masa usia remaja dan permasalhan-permasalahannya?
  2. Apa definisi dari keluarga dan peranannya dalam pendidikan anak usia remaja?
  3. Bagaiman mengatasi kenakalan ramaja dan menjadi orang tua yang baik dalam menghadapi anak usia remaja?

BAB II

REMAJA DAN PERMASALAHANNYA

A.      DEFINISI MASA USIA REMAJA

Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai penyimpangan dan tidakwajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori-teori perkembangan yang membahas ketidakselarasan, gangguan emosi dan gangguan perilaku sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja karena perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan lingkungan

Sebagaimana diketahui, dalam setiap fase perkembangan, termasuk pada masa remaja, individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Apabila individu mampu menyelesaikan tugas perkembangan  dengan baik, maka akan tercapai kepuasan, dan kebahagian juga akan menentukan keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya. Beberapa perubahan yang dialami remaja adalah perubahan fisik, psikis, dan sosial.

Melihat dari fokus perkembangan sosial pada ramaja, batasan  remaja menurut usia kronologis yaitu antara 13 hingga 18 tahun. Ada juga yang membatasi usia remaja antara 11 hingga 22 tahun.

Pada usia tersebut, tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:

1.      Mencapai hubungan yang baru dan lebih masak dengan teman sebaya baik sesama jenis maupun lawan jenis

2.      Mencapai peran sosial maskulin dan feminin

3.      Menerima keadaan fisik dan dapat mempergunakannya secara efektif

4.      Mencapai kemandirian secara emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya

5.      Mencapai kepastian untuk mandiri secara ekonomi

6.      Memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja

7.      Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan dan kehidupan keluarga

8.      Mengembangkan kemampuan dan konsep-konsep intelektual untuk tercapainya kompetensi sebagai warga negara

9.      Menginginkan dan mencapai perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan secara sosial

10.  Memperoleh rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku



B.       MASALAH-MASALAH REMAJA

Remaja tidak semua yang dapat memenuhi tugas-tugas tersebut dengan baik. Menurut Hurlock (1973) ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam memenuhi tugas-tugas tersebut, yaitu:

1.      Masalah Pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai.

2.      Masalah Khas Remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh orangtua.

Elkind dan Postman (dalam Fuhrmann, 1990) menyebutkan tentang fenomena akhir abad dua puluh, yaitu berkembangnya kesamaan perlakuan dan harapan terhadap anak-anak dan orang dewasa. Anak-anak masa kini mengalami banjir stres yang datang dari perubahan sosial yang cepat dan membingungkan serta harapan masyarakat yang menginginkan mereka melakukan peran dewasa sebelum mereka masak secara psikologis untuk menghadapinya. Tekanan-tekanan tersebut menimbulkan akibat seperti kegagalan di sekolah, penyalahgunaan obat-obatan, depresi dan bunuh diri, keluhan-keluhan somatik dan kesedihan yang kronis.

Lebih lanjut dikatakan bahwa masyarakat pada era teknologi maju dewasa ini membutuhkan orang yang sangat kompeten dan trampil untuk mengelola teknologi tersebut. Ketidakmampuan remaja mengikuti perkembangan teknologi yang demikian cepat dapat membuat mereka merasa gagal, malu, kehilangan harga diri, dan mengalami gangguan emosional.

Perkembangan pada remaja merupakan proses untuk mencapai kemasakan dalam berbagai aspek sampai tercapainya tingkat kedewasaan. Proses ini adalah sebuah proses yang memperlihatkan hubungan erat antara perkembangan aspek fisik dengan psikis pada remaja.




BAB III

KELUARGA DAN USIA REMAJA

A.    PERANAN KELUARGA

Keluarga adalah institusi yang sangat berperan dalam rangka melakukan sosialisasi, bahkan internalisasi, nilai-nilai pendidikan. Meskipun jumlah institusi pendidikan formal dari tingkat dasar sampai ke jenjang yang paling tinggi semakin hari semakin banyak, namun peran keluarga dalam transformasi nilai edukatif ini tetap tidak tergantikan.

Karena itulah, peran keluarga dalam hal ini tak ringan sama sekali. Bahkan bisa dikatakan bahwa tanpa keluarga, nilai-nilai pengetahuan yang didapatkan di bangku meja formal tidak akan ada artinya sama sekali. Sekilas memang tampak bahwa peran keluarga tidak begitu ada artinya, namun jika direnungkan lebih dalam, siapa saja akan bisa merasakan betapa berat peran yang disandang keluarga.

Bobroknya moral seorang anak dan remaja bisa diakibatkan salah satu kesalahan dari orangtuanya seperti dalam hal mendidik anak terlalu keras. keluarga yang sedang bermasalah (broken home). Hal tersebut dapat membuat anak menjadi orang yang temperamental. Kebanyakan dari orang tua tidak memikirkan hal ini, mereka berasumsi jika mereka menjalani hidup sebagaimana yang sedang mereka jalani, peran pengasuhan akan terus dengan sendirinya.

Dalam era modernisasi sekarang ini, peran penting orang tua sangat dibutuhkan. Berkenaan dengan perkembangan kecanggihan teknologi. Sesuatu yang tidak dapat dihindari bahwa teknologi berkembang dengan pesat sehingga penggunaannya banyak digunakan tidak semestinya, Teknologi IT yang paling sering digunakan para anak muda sekarang adalah akses internet yang mudah ditemui, padahal pemerintah sudah mengeluarkan undang-undang anti pornoaksi dan pornografi tapi masih saja mereka kerap mengakses konten yang berbau negatif. Yang jelas dapat merusak moral sang anak. Teknologi canggih yang semestinya diciptakan untuk menambah wawasan malah berakibat pada moral yang jelek.




B.     KONFLIK REMAJA DAN ORANG TUA

Konflik antara remaja dan orangtua memang sangat lumrah terjadi. Dibandingkan fase kehidupan lain, fase remaja adalah masa yang paling sering terjadi konflik dengan orangtua. Mengapa begitu?

  1. Perkembangan Remaja

Faktor utama adalah karena masa remaja adalah masa dimana seorang anak mengalami perkembangan fisik, pemikiran dan dalam kehidupan sosial mereka. Perkembangan ini membuat remaja menjadi individu dengan karakteristik khusus, berbeda dengan sewaktu mereka masih kanak-kanak.

Perkembangan yang berperan paling besar terhadap munculnya konflik adalah perubahan dalam aspek kognitif atau cara berpikir mereka. Anak remaja sudah mulai masuk di fase dimana mereka mulai menyadari bahwa mereka sudah bisa berargumentasi, mereka tidak selalu harus setuju dengan perkataan orangtua. Mereka kritis terhadap pemikiran orangtua mereka. Mereka sudah mulai melihat bahwa orangtua juga memiliki kelemahan dan bisa salah. Mereka juga mulai sadar bahwa mereka sudah mampu membuat suatu keputusan dengan kemampuan mereka yang baru mereka rasakan ini, remaja sudah mulai mempertanyakan dan meminta penjelasan atas tuntutan-tuntutan orangtua mereka.

Selain itu, remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Dari anak-anak yang merasa bergantung kepada orang tua mereka, remaja secara perlahan berubah menjadi orang dewasa yang independen, yang bebas. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka bisa melakukan segala sesuatu sendiri. Remaja ingin diperlakukan seperti orang dewasa.

  1. Krisis Otoritas Pada Orangtua

Hal lain yang berpengaruh terhadap konflik antara remaja dan orangtua adalah kecenderungan orangtua yang sulit melepas otoritas mereka terhadap anak. Hal ini adalah hal yang lumrah, karena orangtua terbiasa dengan anaknya yang bergantung sepenuhnya dengan mereka. Padahal anak mereka butuh untuk kebebasan dalam berpendapat dan membuat keputusan. Akibatnya konflik pun terjadi.

  1. Perubahan Norma Sosial

Jaman sudah berubah. Orangtua dan anak remajanya hidup dalam jaman berbeda. Orangtua masih hidup dalam norma hasil didikan orangtua mereka, sedangkan remaja hidup dalam norma yang berbeda. Di Indonesia, orangtua mengharapkan anak untuk selalu patuh dan nurut. Tetapi anak remaja sekarang menginginkan kebebasan dan kemandirian. Orangtua dan remaja, masing-masing merasa bahwa norma yang mereka anutlah yang benar, akibatnya konflik pun terjadi.

  1. Perbedaan Kepribadian Remaja Dan Orangtua

Pada dasarnya, “sifat” orangtua dan anak remaja itu berbeda. Orangtua cenderung berhati-hati, realisti dan memegang erat norma yang mereka anut. Sedangkan remaja cenderung berani, memiliki jiwa berpetualang, optimis, idealis dan lebih fleksibel dalam menerima norma baru. Sifat yang bertolak belakang ini tentunya berkontribusi dalam munculnya konflik diantara kedua pihak.



C.      KELUARGA TIDAK SEHAT

Faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja, seperti yang kita ketahui adalah faktor keluarga, masyarakat dan sekolah. Fokus pada faktor keluarga, di mana dalam berbagai penelitian yang telah dilakukan, dikemukakan bahwa anak/remaja yang dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga yang tidak baik/disharmoni keluarga, maka resiko anak untuk mengalami gangguan kepribadian menjadi berkepribadian antisosial dan berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan dengan anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga sehat/harmonis (sakinah).

Kriteria keluarga yang tidak sehat tersebut menurut para ahli, antara lain:

a.    Keluarga tidak utuh (broken home by death, separation, divorce)

b.    Kesibukan orangtua, ketidakberadaan dan ketidakbersamaan orang tua dan anak di rumah

c.    Hubungan interpersonal antar anggota keluarga (ayah-ibu-anak) yang tidak baik (buruk)

d.   Substitusi ungkapan kasih sayang orangtua kepada anak, dalam bentuk materi daripada kejiwaan (psikologis).



Selain daripada kondisi keluarga tersebut di atas, berikut adalah rincian kondisi keluarga yang merupakan sumber stres pada anak dan remaja, yaitu:

a.       Hubungan buruk atau dingin antara ayah dan ibu

b.      Terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam keluarga

c.       Cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orangtua atau oleh kakek/nenek

d.      Sikap orangtua yang dingin dan acuh tak acuh terhadap anak

e.       Sikap orangtua yang kasar dan keras kepada anak

f.       Campur tangan atau perhatian yang berlebih dari orangtua terhadap anak

g.      Orang tua yang jarang di rumah atau terdapatnya isteri lain

h.      Sikap atau kontrol yang tidak konsisiten, kontrol yang tidak cukup

i.        Kurang stimuli kongnitif atau sosial

j.        Lain-lain, menjadi anak angkat, dirawat di rumah sakit, kehilangan orang tua, dan lain sebagainya.



D.      KELUARGA YANG BROKEN HOME

Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa fungsi keluarga adalah memberi pengayoman sehingga menjamin rasa aman maka dalam masa kritisnya remaja sungguh-sungguh membutuhkan realisasi fungsi tersebut. Sebab dalam masa yang kritis seseorang kehilangan pegangan yang memadai dan pedoman hidupnya. Masa kritis diwarnai oleh konflik-konflik internal, pemikiran kritis, perasaan mudah tersinggung, cita-cita dan kemauan yang tinggi tetapi sukar ia kerjakan sehingga ia frustasi dan sebaginya. masalah keluarga yang broken home bukan menjadi masalah baru tetapi merupakan masalah yang utama dari akar-akar kehidupan seorang anak. Keluarga merupakan dunia keakraban dan diikat oleh tali batin, sehingga menjadi bagian yang vital dari kehidupannya.

Penyebab timbulnya keluarga yang broken home antara lain:

a.         Orang tua yang bercerai

b.         Kebudayaan bisu dalam keluarga

c.         Perang dingin dalam keluarga



E.       SIKAP DAN PERILAKU ORANG TUA YANG BAIK

Bobroknya moral seorang anak dan remaja bisa diakibatkan salah satu kesalahan dari orangtuanya seperti dalam hal mendidik anak terlalu keras. keluarga yang sedang bermasalah (broken home). Hal tersebut dapat membuat anak menjadi orang yang temperamental. Kebanyakan dari orang tua tidak memikirkan hal ini, mereka berasumsi jika mereka menjalani hidup sebagaimana yang sedang mereka jalani, berikut adalah tips menjadi orang tua yang baik:

1.         Yang Utama, Apa Yang Anda Lakukan

Anak-anak memerhatikan Anda. Jangan memberikan reaksi yang negatif

2.         Terlibat Dalam Kehidupan Anak

Selalu siap untuk anak Anda baik secara mental maupun fisik.

3.         Sesuaikan Dengan Karakter Anak

Setiap anak memiliki karakter berbeda. Misalnya, anak kelas 2 SMP yang mudah merasa terganggu dan cepat marah, nilainya di kelas sangat jelek. Bisa jadi anak Anda sedang merasa depresi. Memaksanya untuk melakukan keinginan orangtua bukan merupakan jawaban. Jika perlu, permasalahan ini harus didiagnosa oleh seorang profesional.

4.         Menetapkan Dan Menerapkan Aturan

Bila Anda tidak mengatur perilaku anak dari kecil, Anda akan mengalami kesulitan pada saat dia lebih besar. Aturan yang dipelajari anak dari orangtua sejak kecil, akan membentuk aturan-aturan yang diterapkannya di kemudian hari.

5.         Membantu Mengembangkan Kemandirian

Memberikan dukungan terhadap kemandiriannya dapat membantunya mengembangkan arah tujuan yang akan diambil kelak.

6.         Bersikap Konsisten

Bila aturan yang Anda berikan kepada anak berubah-ubah dari hari ke hari, atau bila Anda memaksa anak melakukan sesuatu hanya untuk waktu yang sebentar-sebentar, wajar jika anak menjadi bingung. Selalulah berusaha bersikap konsisten agar anak Anda tumbuh menjadi orang yang konsisten dan tak bingung dengan tujuan hidupnya.

7.         Hindari Disiplin Kasar

Janganlah pernah punya keinginan untuk mengalahkan anak. Anak yang sering ditampar lebih mudah berkelahi dengan anak-anak lain, dan kemungkinannya lebih besar bagi mereka untuk menjadi penggertak atau menjadi agresif dalam mengatasi perselisihan dengan orang lain.

8.         Jelaskan Aturan Dan Keputusan Anda

Sesuatu yang tampaknya jelas bagi Anda belum tentu jelas bagi anak Anda yang berusia 12 tahun. Anak Anda tidak memiliki prioritas, penilaian atau pengalaman seperti yang Anda miliki

9.         Perlakukan Anak Anda Dengan Hormat

Anda harus memberi kebaikan pada anak Anda seperti kebaikan yang Anda berikan pada orang lain. Anak-anak akan memperlakukan orang lain sebagaimana orangtuanya memperlakukannya. Hubungan Anda dengan anak Anda merupakan pondasi bagi hubungannya dengan orang lain.

F.       MENGATASI KENAKALAN RAMAJA

Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang tercabik-cabik itu. Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh keluarga, orang tua, teman-teman, maupun lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses perkembangan jiwa remaja tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya harus diselesaikan, konflik-konflik psikologis yang menggantung harus diselesaikan, dan mereka harus diberi lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya. Di dalam menghadapi kenakalan anak pihak orang tua kehendaknya dapat mengambil dua sikap yaitu:

1.    Sikap Atau Cara Yang Bersifat Preventif

Yaitu perbuatan/tindakan orang tua terhadap anak yang bertujuan untuk menjauhkan si anak daripada perbuatan buruk atau dari lingkungan pergaulan yang buruk. Dalam hat sikap yang bersifat preventif, pihak orang tua dapat memberikan atau mengadakan tindakan sebagai berikut :

a.    Menanamkan rasa disiplin dari ayah terhadap anak.

b.    Memberikan pengawasan dan perlindungan terhadap anak oleh ibu.

c.    Pencurahan kasih sayang dari kedua orang tua terhadap anak.

d.   Menjaga agar tetap terdapat suatu hubungan yang bersifat intim dalam satu ikatan keluarga.

Disamping keempat hal yang diatas maka hendaknya diadakan pula:

a.    Pendidikan agama untuk meletakkan dasar moral yang baik dan berguna.

b.    Penyaluran bakat si anak ke arab pekerjaan yang berguna dan produktif.

c.    Rekreasi yang sehat sesuai dengan kebutuhan jiwa anak.

d.   Pengawasan atas lingkungan pergaulan anak sebaik-baiknya.

2.    Sikap Atau Cara Yang Bersifat Represif

Yaitu pihak orang tua hendaknya ikut serta secara aktif dalam kegiatan sosial yang bertujuan untuk menanggulangi masalah kenakalan anak seperti menjadi anggota badan kesejahteraan keluarga dan anak, ikut serta dalam diskusi yang khusus mengenai masalah kesejahteraan anak-anak. Selain itu pihak orang tua terhadap anak yang bersangkutan dalam perkara kenakalan hendaknya mengambil sikap sebagai berikut :

a.    Mengadakan introspeksi sepenuhnya akan kealpaan yang telah diperbuatnya sehingga menyebabkan anak terjerumus dalam kenakalan.

b.    Memahami sepenuhnya akan latar belakang daripada masalah kenakalan yang menimpa anaknya.

c.    Meminta bantuan para ahli (psikolog atau petugas sosial) di dalam mengawasi perkembangan kehidupan anak, apabila dipandang perlu.

d.   Membuat catatan perkembangan pribadi anak sehari-hari.


BAB IV

P E N U T U P

A.    KESIMPULAN

-          Anak remaja anda mungkin berbeda sedikit dari remaja lainnya. Setiap generasi memiliki kadar motif, gaya hidup, harapan dan mimpi yang berbeda. Tapi lingkungan sekolah dan pergaulan remaja sekarang sangatlah berbeda dari apa yang remaja dulu alami.

-          Sebagai orang tua yang baik, jangan melihat keburukan atau kebaikan. Namun lihatlah dari tata cara bergaul sang anak, dengan siapa bergaul, bagaimana luas pergaulannya. Bukan sekedar untuk membatasi sang anak dalam bergaul namun diharapkan impian melihat anak sukses mengarungi kehidupan tanpa mengalami kesalahan dalam pergaulan baik dilingkungan keluarga, atau lingkungan luar menjadi sebuah kenyataan.



B.     SARAN

-          Anda harus memberi kebaikan pada anak Anda seperti kebaikan yang Anda berikan pada orang lain. Anak-anak akan memperlakukan orang lain sebagaimana orangtuanya memperlakukannya. Hubungan Anda dengan anak Anda merupakan pondasi bagi hubungannya dengan orang lain.

-          Orang tua sebagai panutan sekaligus guru yang menjadi contoh bagi anak dalam belajar untuk hidup melalui berbagai proses yang semuanya tak lepas dari tanggung jawab mereka. Anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik bila orang tua juga mampu untuk mengontrol dan mengatasi persoalan mereka sendiri tanpa harus mensosialisasikan perbedaan pendapat yang mengarah ke konflik keluarga kepada anak.

C.    PENUTUP

Demikian makalah ini kami buat, kami yakin masih ada banyk kekurangan dalam makalah ini, untuk lebih menambah pengetahuan kami, kami mohon kritik dan sarannya. Terimakasih

1 komentar:

  1. Bet on Soccer in korean - Is it Legal? ⚽️
    Where is bet365 legal? ➤ Learn more about the laws, sportsbook options 1xbet giriş and what you can bet on in korean and get the best bonus.

    BalasHapus